Minggu, 27 Maret 2011

THE FIGHTER

Kebetulan saya sudah menonton film ini. Menurut saya film ini sangat bagus.
Jadi saya mau mereview sikal tentang fillm ini.

Tak peduli betapa klise-nya kisah yang ditawarkan, film-film bertemakan olehraga rasanya tidak akan pernah kehilangan tempat di sisi para penggemar film dunia. Hal ini mungkin disebabkan karena tema olahraga itu sendiri – suatu obyek yang tidak mengenal perbedaan ras, suku, golongan maupun agama dimana seseorang dituntut untuk mampu mampu berkompetisi dengan adil, dengan semangat yang tinggi dan tidak kenal menyerah untuk merebut kemenangan – sangatlah dekat dengan kehidupan setiap manusia. Tidak peduli dimanapun seseorang berada, olahraga adalah sebuah kompetisi, sama seperti kehidupan dimana setiap orang berkompetisi untuk menjadi yang terbaik dari yang lain.
Setelah tahun lalu The Blind Side berhasil merebut perhatian setiap orang – sekaligus perhatian Oscar yang menempatkannya sebagai salah satu kontender Best Picture, adalah sangat aman untuk menyatakan bahwa karya teranyar sutradara David O. Russell, The Fighter, akan dengan  mudah mengikuti jejak The Blind Side. Sama-sama memiliki naskah cerita yang didasarkan oleh kisah nyata serta sama-sama mengisahkan perjuangan seorang atlit dalam memperoleh pencapaian terbaiknya, The Fighter sejujurnya sama sekali tidak menawarkan sesuatu yang baru dalam cara penceritaannya. Namun dengan jajaran pemeran yang sangat menjanjikan, plus kisah drama keluarga yang cukup menarik, sekali lagi, film drama bertema olahraga ini akan sanggup untuk menyita perhatian banyak penontonnya.
Menjadi karya ketiga sutradara David O. Russell bersama aktor Mark Wahlberg, The Fighter mengisahkan perjalanan hidup “Irish” Micky Ward (Wahlberg), dalam menghadapi berbagai masalah pribadi dan keluarganya sebelum ia memperoleh kepopuleran sebagai seorang petinju profesional kelas dunia. Sepanjang hidupnya, Micky selalu merasa bahwa ia berada di bawah bayang-bayang saudara tirinya, Dicky Eklund (Christian Bale), seorang mantan petinju populer yang walaupun kini terjebak dalam masalah narkoba selalu berhasil menjadi perhatian utama bagi sang ibu, Alice (Melissa Leo). Dalam karir awalnya sebagai seorang petinju, Alice dan Dicky sendiri berperan sebagai seorang manajer dan pelatih bagi Micky. Namun setelah kekalahan beruntun yang dialaminya, Micky mulai merasa bahwa ia harus melakukan sesuatu terhadap karir bertinjunya sebelum usianya menjadi terlalu tua.
Di saat yang sama, kehidupan percintaan Micky mulai tumbuh ketika ia bertemu seorang gadis penjaga bar bernama Charlene (Amy Adams). Lewat saran Charlene-lah Micky kemudian secara perlahan mulai berani untuk meninggalkan ibu, kakak dan keluarganya yang menentang keras keputusannya untuk mengembangkan karir petinjunya tanpa keterlibatan satupun anggota keluarganya. Konflik ini jelas membuat hubungan Micky dengan seluruh anggota keluarganya, khususnya sang kakak, Dicky, yang sangat dekat dengannya, menjadi menjauh.
Adalah sebuah keputusan yang sangat benar bagi Russell untuk memilihkan barisan pemeran dengan kemampuan akting yang sangat kuat untuk menambah pesona jalan cerita The Fighter yang sama sekali tidak istimewa itu. Keempat pemeran utama film ini melakukan akting yang sangat luar biasa untuk menghidupkan peran mereka. Yang paling mencolok tentu saja Christian Bale, yang sekali lagi, demi tuntutan peran sebagai seorang pengguna narkoba, bermain-main dengan berat badannya. Terlihat kurus, permainan Bale bukan melulu hanya soal berat badannya. Bale dengan sangat baik membawakan peran Dicky yang merupakan kepribadian yang sama sekali berbeda jika dibandingkan dengan saudaranya, Micky. Dicky adalah seorang pria yang tidak pernah mengenal tanggung jawab, suka berbicara kasar tanpa henti dan selalu merasa superior akibat masa lalunya sebagai petinju yang pernah mengalahkan petinju Sugar Ray Leonard. Segala tingkah polah ini mampu dibawakan Bale dengan sangat baik, baik dengan kemampuan aktingnya maupun dengan hanya ekspresi wajahnya yang mampu berbicara mengenai kelelahan yang sebenarnya selalu dirasakan Dicky.
Tidak hanya Bale yang bermain-main dengan berat badan. Dalam memerankan Micky, Mark Wahlberg juga harus  berlatih keras untuk memperoleh fisik seorang petarung sejati. Hasilnya, secara fisik Wahlberg benar-benar terlihat sebagai seorang petinju tangguh yang sama sekali tidak dapat diragukan kemampuannya. Memang, karakter Micky tidak begitu membutuhkan kemampuan akting yang sangat mendalam. Namun tetap saja, peran Wahlberg sebagai Micky sama sekali tidak dapat dilihat secara sebelah mata. Peran Wahlberg sebagai Micky adalah salah satu peran terbaik yang pernah dilakonkan Wahlberg di sepanjang karir aktingnya.
Bale dan Wahlberg juga didampingi kehadiran dua aktris yang sama-sama kuat dalam permainan wataknya: Amy Adams dan Melissa Leo. Oh… Anda akan terkejut melihat apa yang Adams lakukan di dalam film ini. Sebagai Charlene, Adams berubah menjadi seseorang yang belum pernah Anda lihat dalam film-film yang ia perankan sebelumnya. Di sini, Adams berubah menjadi seorang wanita pinggiran kota yang keras, tangguh, sanggup berkata kasar dan membela diri saat diperlukan. Namun, tetap saja sosok Adams yang jelita tidak akan begitu saja menghilang dari karakter Charlene. Elemen tersebut, dengan sangat baik, memadu dengan ketangguhan seorang Charlene dan menjadikan karakter Charlene sebagai karakter wanita yang indah untuk dilihat namun sama sekali bukan seseorang yang dapat dengan mudah dipermainkan. She’s that hot!
Lalu ada Melissa Leo, aktris senior yang baru saja memperoleh kepopuleran mainstream setelah dinominasikan di ajang Academy Awards lewat perannya di Frozen River (2008). Sama seperti Adams, Leo di film ini bukan berperan sebagai wanita yang penuh kelemah lembutan. Karakter Alice yang ia perankan adalah karakter seorang ibu yang keras, yang memiliki sembilan orang anak dari beberapa pernikahan dan telah banyak mengecap manis pahit pengalaman hidup. Ada kelembutan dan rasa saying dari setiap tindakannya, namun hal tersebut tersembunyi dengan sangat kuat di balik kerasnya sikap yang ia tunjukkan setiap hari. Wahlberg, Bale, Adams dan Leo adalah nyawa utama dari film ini. Kemampuan mereka dalam menghidupkan setiap peran di film ini yang menjadikan The Fighter tidak tampil turun kelas menjadi sebuah film bertema olahraga kacangan.
Untuk filmnya sendiri, Russell sepertinya masih belum mampu menyeimbangkan elemen olahraga dengan elemen drama di dalam jalan cerita The Fighter. Seringkali, adegan-adegan pertarungan yang dijalani Micky Ward hanya sekedar dijadikan elemen tambahan di dalam jalan cerita yang membuat The Fighter kurang begitu memuaskan. Bahkan di adegan pertarungan akhir, sebuah pertandingan tinju yang dijadikan sebagai klimaks bagi jalan cerita The Fighter, Russell masih belum mampu memberikan sentuhan dramatis yang tepat. Kalau mau dibandingkan, adegan pertarungan akhir Micky Ward jauh terasa datar jika dibandingkan dengan pertarungan akhir yang dijalani karakter James J. Braddock di Cinderella Man (2005), film bertema tinju yang juga diangkat dari sebuah kisah nyata.
Entah apa yang terjadi jika saja David O. Russell tidak mampu membawa barisan pemeran yang kuat untuk menghidupkan setiap karakter yang ada di dalam jalan cerita The Fighter. Jalan ceritanya sama sekali tidak buruk, namun juga tidak menawarkan sesuatu yang baru bagi penontonnya. Kehidupan Micky Ward sendiri tidak begitu dramatis untuk menciptakan sebuah jalan cerita film yang menyentuh maupun mengikat. Beruntung keberadaan Mark Wahlberg, Christian Bale, Amy Adams dan Melissa Leo mampu menjadikan 115 menit durasi penayangan The Fighter masih sangat begitu dapat dinikmati.
sumber: http://flickmagazine.net/review/569-the-fighter.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar