Selasa, 29 Januari 2013

PENGAMBILAN KEPUTUSAN



BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG

Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan.

I.2 TUJUAN
1. Pencapaian tujuan organisasi secara lancar, mudah, dan efisien.
2. Pemecahan masalah atas kendala yang dihadapi organisasi(yang seringkali bersifat kontradktif).


BAB II
ISI
A. Dasar Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi yaitu Pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan hati yang seringkali bersifat subyektif. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat, untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan sepihak dan bersifat perasaan.
Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini memberikan keuntungan, yaitu :
a. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
b. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan
2. Pengambilan Keputusan Rasional yaitu Pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional berfikir dan lebih bersifat objektif. Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna pikir. Masalah–masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif dan dapat diukur.
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman yaitu Pengambilan keputusan yang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis di kemudian hari.
4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta yaitu Pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan data empiris dan fakta nyata sehingga dapat memberikan keputusan yang valid sehingga tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi. Istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang yaitu pengambilan keputusan yang berdasarkan atas wewenang/kedudukan yang dimiliki oleh seseorang yang menjadi pemimpin. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
B. KEKUATAN DARI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kekuatan yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan individual dan kelompok
Sondang P. Siagian menyatakan bahwa ada tiga kekuatan yang selalu mempengaruhi suatu keputusan yang dibuat. Tiga kekuatan itu :
1. Dinamika individu di dalam organisasi. Sebuah organisasi merupakan sekumpulan dari beberapa individu. Individu-individu ini memiliki ide dan pemahaman yang sama dalam visi dan tujuan ke masa depan. Mereka membentuk organisasi dalam rangka mewujudkan visi dan tujuan masa depan yang menjadi impian dan cita-citanya. Pengaruh individu dalam organisasi sangat terasa hal ini terlihat pada pemimpinnya. Seorang pemimpin yang mempunyai kepribadian yang kuat, pendidikan yang tinggi, pengalaman yang banyak akan memberi kesan dan pengaruh yang besar terhadap bawahannya dalam rangka mewujudkan visi dan tujuan tersebut. Pemimpin yang baik akan selalu membimbing anggota organisasinya untuk membuat keputusan yang mengarah kepada kepentingan organisasi dan bukan pada kepentingan individu yang menunjukkan keinginan pribadi seorang.
Faktor – faktor yang dapat mendukung dinamika individu dalam organisasi adalah sbb :
a. Rasa tanggung jawab yang baik secara individu maupun kolektif. Setiap anggota organisasi yang menyadari makna tanggung jawab individu dan kolektif sangat menguatkan keputusan yanng diambil dalam organisasi. Kekutatan keputusan ini dapat memperlancar dalam menjalankan rencana kerja dan meraih visi dan misi yang telah ditetapkan.
b. Apa yang sudah dipelajari individu dalam organisasi harus segera diaplikasikan dalam pekerjaan. Ilmu yang tidak diaplikasikan bagaikan kapas diterpa angin dan tidak ada bobot sama sekali. Ilmu yang baru saja dipelajari akan menunjukkan bobot dan nilai jika segera diaplikasikan. Nilai tersebut dapat dilihat dari rencana-proses-hasil ketika mengaplikasikan ilmu itu.
c. Menjalankan teknik akselerasi. Artinya sebisa mungkin mendukung kegiatan setiap individu agar proses berorganisasi terjadi dengan lebih cepat dan baik. Setiap individu anggota organisasi harus menyadari bahwa mereka satu sama lain saling berhubungan dan bekerja sama. Teknik akselerasi yang ada di dalam organisasi adalah kerjasama dan sikap saling mendukung satu sama lain. Teknik akselerasi ini harus selalu dikembangkan pada individu supaya saling mendukung dan membantu anggota organisasi ketika memiliki rencana dan program kerja. Atas dukungan yang diberikan maka rencana dan program kerja akan berhasil.
d. Rencana pengembangan personal artinya individu harus mengerti bahwa sebuah organisasi tidak dapat menjamin mereka tentang lapangan pekerjaan seumur hidup namun organisasi dapat membantu individu untuk mengembangkan karir mereka. Harus ada kerjasama antara organisasi dan individu untuk menciptakan pengembangan karir jangka panjang.
e. Tersedia kesempatan yang seluas – luasnya untuk mengembangkan karir. Karir anggota individu di dalam organisasi dapat berkembang dilihat dari kemampuan dirinya dalam membuat keputusan. Keputusan yang diambil selalu membawa muatan kepentingan organisasi. Dari kemampuan tersebut secara tidak langsung individu tersebut dapat memimpin realisasi program kerja maupun organisasi itu.
f. Pembelajaran individu harus dihubungkan kepada pembelajaran organisasi secara struktur dan lebih eksplisit agar sinergis. Pembelajaran individu dan pembelajaran organisasi harus sejalan supaya tidak ada konflik yang akhirnya menggangu perkembangan satu sama lain. Keselarasan pembelajaran individu dan organisasi dalam penerapannya selalu berpedoman pada visi dan misi organisasi maka keselaran ini secara langsung dapat membuat organisasi semakin kuat dan berkembang.
2. Dinamika kelompok orang-orang di dalam organisasi. Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan kata Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama. Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami. Dinamika kelompok mempunyai pengaruh besar dalam rangka mengembangkan dan membuat rencana organisasi berhasil. Untuk mewujudkan ini maka pemimpin organisasi hendaknya mengusahakan agar kelompok di dalam organisasi dapat lebih cepat berkembang menjadi dewasa. Berkembang dan mengarahnya kelompok organisasi ke arah semakin dewasa memberikan keuntungan bagi organiasi dalam rangka menerapkan rencana kerja dan mewujudkan visi dan misi.
Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain:
a. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup. Kelompok-kelompok organisasi yang dapat bekerjasama dan saling membantu dalam menjalankan rencana kerja maka akan mempermudah dalam mengatasi persoalan organisasi. Persoalan yang seharusnya dipecahkan dan ditanggung oleh satu atau sebagian kelompok akan menjadi mudah pemecahan dan penyelesaiannya ketika semua kelompok terlibat bekerjasama saling membantu. Kerjasama ini harus selalu ditanamkan dan dikembangkan di dalam organisasi tersebut agar kedewasaan kelompok semakin matang..
b. Memudahkan pekerjaan. Dinamika kelompok yang dapat berjalan dengan baik di mana masing-masing kelompok dapat memberikan informasi dan kontribusi positif bagi kelompok yang lain maka secara langsung pekerjaan dapat berjalan lancar dan selesai tepat waktu. Informasi dan kontribusi yang diberikan oleh satu kelompok merupakan bahan atau sumber modal kerja bagi kelompok yang lainnya. Ketidakatifan salah satu kelompok dalam sebuah organisasi dapat membuat organisasi tersebut berhenti berkerja dikarena informasi maupun kelompok kerja tidak bisa diandalkan. Kerjasama kelompok yang baik dan konsisten dengan rencana kerja dapat meningkatkan kinerja organisasi. Kinerja yang harmonis dalam organisasi bukan saja hanya akumulasi keahlian dan pengetahuan individu dalam kelompok tetapi hasil dari keseluruhan keahlian anggota kelompok yang bekerja sebagai satu kesatuan yang tidak terpisah dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi.
c. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dan efisien. Kelompok-kelompok kecil yang dibentuk di dalam organisasi memiliki tujuan untuk memperlancar kerja organisasi. Salah satu tujuan adanya kelompok kecil adah pembagian pekerjaan sesuai bagian kelompoknya masing-masing atau sesuai keahlian. Keuntungan dengan pembagian pekerjaan adalah : pekerjaan dan masalah tidak harus selalu diselesaikan di pusat, informasi mudah diperoleh karena setiap kelompok memiliki kontribusi sesuai dengan pembagian pekerjaan, keputusan dapat diambil cepat dan akurat, dan beban pekerjaan dapat dibagi sesuai berat ringannya sebuah kekerjaan.
d. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan berorganisasi dengan memungkinkan setiap individu memberikan masukan, interaksi, dan memiliki peran yang sama dalam organisasi. Dinamika kelompok secara tidak langsung membangun sistem demokrasi yang baik di dalam sebuah organisasi melalui kelompok kecil ketika merumuskan rencana kerja dan memecahkan masalah ketika ada persoalan. Kemufakatan demokrasi lebih mudah dibuat di dalam kelompok kecil dari pada lingkup organisasi yang besar. Hal ini bisa terjadi karena tiap anggota kelompok kecil mudah untuk disatukan visi, misi, tujuan, pemecahan masalah.
3. Dinamika lingkungan organisasi. Pengaruh lingkungan juga memegang peranan yang cukup penting untuk diperhatikan. Antara organisasi dan lingkungan itu saling mempengaruhi. Dinamika lingkungan organisasi tersebut dapat dilihat dibawah ini.
a. Dinamika lingkungan organisasi internal, dinamika internal yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan adalah: Adanya visi, misi, paradigma dan filosofi baru di dalam organisasi, Perubahan strategi organisasi yang baru, Dilakukannya redefinisi tentang core bussinis, Dilakukannya restrukturisasi dan reengineering organisasi, Kondisi sumber daya manusia dalam organisasi, Perubahan budaya organisasi dan kegiatan utama organisasi.
b. Dinamika lingkungan organisasi eksternal, dinamika eksternal yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan meliputi 4 unsur yaitu kondisi skala lokal, nasional, regional dan Internasional. Dari keempat unsur tersebut dapat dirangkum hal-hal yang memberi pengaruh pada pengambilan keputusan seperti : Situasi politik, nilai-nilai sosial, etika dan budaya di masyarakat, Perubahan kondisi pasar dan konsumen, Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Adanya peraturan dan undang-undang baru dari pemerintah.


 BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu terlibat dalam berbagai persoalan dan mengambil keputusan dari berbagai macam persoalan. Bagi para manajer pengambil keputusan dan pemecahan persoalan maupun tugas yang penting dalam karirnya. Berhubungan dengan itu tidak heran bila kebanyakan manajer aktif dalam mencari cara untuk menambah kemampuan dan keahlian yang efektif dalam penampilan dalam bidang usahanya. Kebanyakan usaha dari pada perbaikan penambahan diri sendiri itu. Berhubungan langsung dengan memperbaiki cara pengambilan keputusan dan kempuan pengambilan keputusan.

III.2 SARAN
Pengambilan keputusan harus diambil berdasarkan fakta – fakta yang telah dikumpulkan, dan harus brdasarkan keputusan bersama agar mencapai tujuan yang benar.



DAFTAR PUSTAKA

SISTEM PENGENDALIAN INTERN



BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG
Pengendalian internal adalah rencana, metoda, prosedur, dan kebijakan yang didesain oleh manajemen untuk memberi jaminan yang memadai atas tercapainya efisiensi dan efektivitas operasional, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan terhadap aset, ketaatan/kepatuhan terhadap undang-undang, kebijakan dan peraturan lain.
I.2 TUJUAN
1. Tujuan suatu instansi yang ditetapkan akan dapat dicapai.
2. Laporan keuangan yang dihasilkan dapat dipercaya.
3. Kegiatan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

BAB II
ISI
Implementasi sistem pengendalian intern (SPI) bukan hanya dalam bentuk pengawasan. Melainkan gabungan berbagai elemen yang berbeda. Agar sistem pengendalian intern bisa berfungsi dengan efektif, minimal terdiri dari empat elemen utama yang berjalan sinergis—saling melengkapi dan saling mendukung. Berfungsi efektif yang saya maksudkan adalah mampu meminimalisir potensi penggelapan, pencurian dan bentuk penyelewengan lainnya hingga ke titik terendah.
Untuk bisa efektif, pengendalian intern minimal harus mengandung empat elemen terpenting di bawah ini:

Prosedur Dan Kebijakan Yang Mengikat Dan Jelas
Ini fundamental sifatnya. Tidak boleh tidak, harus ada. Tanpa prosedur dan kebijakan yang jelas, pegawai tidak akan tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Prosedur harus mengikat, dalam artian setiap perilaku yang tidak sesui dengan prosedur akan diganjar hukuman. Prosedur haru jelas, tidak multi tafsir, tidak memiliki celah untuk memungkinkan terjadinya pelanggaran.
Misalnya: Untuk menerima barang dari pemasok/vendor, bagian receiving harus:
  • Membandingkan “Surat Jalan” vs. “Purchase Order” vs “Physical Check”, untuk memastikan barang yang diterima sudah sesuai pesanan, dan surat jalan sudah sesuai kenyataan. 
  • Bila ada perbedaan, maka petugas receiving harus menghubungi bagian pembelian untuk kemudian diteruskan ke vendor. Vendor harus mengirimkan barang yang sesuai dengan PO selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila tidak pesanan dibatalkan.
  • Apakah harus persis sama atau ada toleransi? Apakah ada pengecualian? Kalau ada pengecualian atas apa dan siapa yang berwenang memberikan approval untuk menerima perbedaan itu?
  • Bila ketiganya sudah sama, maka petugas receiving harus memasukan data penerimaan, mencetak receiving slip, di staple jadi satu, untuk kemudian dikirimkan ke bagian accounting 
  • dan seterusnya.
Bila ada perbedaan antara ketiga dokumen itu tetapi petugas receiving tidak menghubungi bagian pembelian, atau bagian pembelian tidak menindaklanjuti, atau menerima perbedaan tanpa approval dari pejabat yang berwenang, maka siapapun yang melanggar harus mendapat hukuman. Tanpa itu, prosedur akan cenderung dilanggar. Semua itu dituangkan di dalam sebuah prosedur dan kebijakan. Dan semua aktvitas (di semua wilayah operasional persahaan), harus memilik prosedur dan kebijakan yang mengikat, dan jelas.
Bayangkan kalau tidak ada prosedur, bukan saja membuat potensi penggelapan/pencurian/penyelewengan menjadi tinggi, tetapi juga membuat banyak waktu habis ditengah jalan hanya untuk bolak-balik menjalankan satu proses aktivitas, karena pegawai tidak tahu pasti harus berbuat apa.

Piranti (Peralatan) Yang Memadai
Piranti di sini bisa jadi berupa komputer, device tertentu (misalnya mesin finger print untuk absensi, atau scanner barcode untuk penerimaan barang dan pencatatan persediaan yang akurat, body-scanner untuk memeriksa orang yang keluar masuk dari lokasi perusahaan, camera CCTV, brankas dengan locker digital dan manual, alat penimbang, stempel digital yang dilengkapi dengan alat anti duplikasi, dll). 
Peranan piranti sangat besar. Piranti dimaksudkan untuk 2 tujuan utama berikut ini:
  • Memastikan prosedur dan kebijakan berjalan dengan mulus tanpa hambatan.
  • Menutup celah peluang terjadinya penggelapan/pencurian/penyelewengan.
Tentu tidak semua wilayah/bagian, tidak semua alur, tidak semua proses harus dilengkapi dengan piranti khusus, tetapi 5 wilayah paling rawan yang sudah saya sampaikan di tulisan sebelumnya (baca lagi) harus.



Pengawasan Terus-Menerus
Dari pengamatan selama ini, saya lihat hampir semua perusahaan sudah melakukan pengawasan. Hanya saja, masih dilakukan secara parsial, cenderung berfokus di beberapa wilayah saja, misalnya: Pengawasan Kas atau Barang Persediaan. Padahal potensi penggelapan, pencurian dan penyelewengan bisa teradi dimana saja. Hal yang jarang disadari, seringkali kebocoran di suatu wilayah sumber celahnya justru berada di wilayah lainnya. Sehingga akar masalah menjadi tidak pernah tersentuh.
Misalnya:
Perusahaan hanya fokus mengawasi bagian kas dan utang. Saat ditelusuri jelas semua pencatatan telah dilakukan dengan benar, bukti pendukung lengkap. Angka utang dengan kas keluar sudah sama, catatan utang dengan bukti pendukung (PO, tanda terima dan nota tagihan) juga sama. Apakah itu berarti sudah tidak mungkin terjadi lebih bayar ke vendor? Di atas kertas kelihatannya iya. Kenyataannya? Mungkinkah nota penerimaan barang (receiving slip) tidak sesuai dengan kenyataan barang yang diterima? Sudahkan orang penerimaan melakukan pemeriksaan fisik?
Oleh sebab itu, pengawasan harus bersifat menyeluruh. Tidak parsial.
Seperti telah saya bahas di tulisan saya sebelumnya bahwa, mustahil pengelola usaha mampu melakukan pengawasan terus menerus. Perlu cara tertentu untuk membuat agar pengawasan bisa berjalan dengan sendirinya. Caranya?  Saya akan bahasa ditulisan saya berikutnya, pada saat saya membahas pengendalian intern pada masing-masing wilayah dengan kustomisasi.

Evaluasi Berkala
Elemen yang tak kalah pentingnya adalah evaluasi berkala. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah sistem pengendalian yang diimplementasikan sudah berjalan efektif atau belum. Evaluasi dilakukan dengan melakukan infeksi dan audit di semua wilayah tentunya. Lalu bandingkan dengan hasil inspeksi/audit sebelumnya. Apakah tingkat kebocoran/kehilangan/penggelapan menurun atau tidak? Jika tidak, dimana kelemahannya. Apakah prosedur dan kebijakan perlu diubah? Apakah piranti perlu ditambah/dimoderenisasi?
Mengenai waktu pelaksanaan evaluasi, idealnya setiap akhir jam kerja, ata setiap menjelang akhir pekan. Hanya saja, proses evaluasi lumayan memakan waktu dan tenaga. Tentunya persahaan bisa melakukannya sesuai dengan tingkat urgensi. Misalnya: saat frekwensi kejadian cukup tinggi, mungkin evalasi perlu dilakukan setiap hari/minggu. Tetapi saat frekwensinya rendah, makan evaluasi bisa dilakukan setiap bulan.
Jika empat elemen terpenting ini sudah ada pada sistem pengendalian intern perusahaan, masing-masing elemen sudah dirancang sedemikian rupa (sesuai dengan kondisi, alur proses opersional perusahaan) dan bisa berjalan efektif, saya yakin masalah penggelapan, pencurian maupun penyelewengan bisa diminimalisir hingga ke titik terendah. Tentu. Berbicara selalu lebih mudah dibandingkan melaksanakan. Untuk itu, tidak ada cara lain selain melaksanakannya. Segala sesuatu berawal dari ide, pemikiran, dan kata-kata. Menjadi ada karena ide, pikiran dan kata-kata tersebut diwujudkan dalam tindakan.

BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman, kebijakan, formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personil lain. Pengendalian intern juga ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan yaitu pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi.
III.2 SARAN
Pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian intern dan pertimbangan manfaat serta pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian, menyebabkan pengendalian intern tidak dapat memberikan keyakinan mutlak.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes,Soekrisno , 2004, AUDITING, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.